Senin, 07 November 2011

De Javu (Pikiran Aneh Manusia)

Tidak suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan di dirimu, kecuali sudah ada dalam kitab sebelum Kami menjadikannya. (Q.S Alhadid 57 : 22)

Ketika Anda diperkenalkan dengan seseorang, pernahkah terbersit dalam hati, “Rasanya saya pernah bertemu orang ini. Dimana,ya?” Padahal, Anda belum pernah bertemu sebelumnya. Itu disebut gejala déjà vu. Déjà Vu adalah istilah bahasa Prancis yang berarti: ”pernah melihat sebelumnya”. Déjà Vu adalah suatu perasaan aneh ketika seseorang merasa pernah berada di suatu tempat sebelumnya, padahal belum. Atau, merasa pernah mengalami suatu peristiwa yang sama persis, padahal tidak. Konon, orang yang sering mengalami hal itu memiliki bakat spiritual yang tinggi.
Para skeptis menganggap itu hanya sensasi. Namun, banyak juga ahli yang percaya bahwa hal itu memang nyata. Para penganut reinkarnasi yakin bahwa peristiwa yang dirasakan berlangsung pada kehidupan silam. Bagaimana bagi orang islam? Surat Al-Hadid ayat 22 di atas memberi sekilas isyarat. Bahwa segala sesuatu yang belum terjadi, sudah tertulis dalam kitab. Tengoklah juga Surat Ash-Shaaffaat (37) ayat 96, ”Wallahu kholaqokum wama ta’malun.” Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.
Semua peristiwa di bumi dan semua perbuatan kita memang sudah ada sejak awal. Lalu akan terjadi satu per satu secara berurutan. Dan pada waktunya, akan terekam dalam saraf penyimpan di otak. Mungkin suatu ketika terjadi short-circuit, korslet di otak seseorang. Lintasan listrik di otak melompat nyerempet sinyal ke wilayah yang belum terjadi. Maka orang merasa sudah pernah mengalami atau melihat sesuatu. Padahal yang terjadi adalah : dia ”pernah” melihat, tetapi di masa depan. Selama ini ”pernah” hanya dikaitkan dengan masa lalu. Gejala déjà vu memperluas makna ”pernah” ke masa lalu dan juga masa depan.
Aneh? Tidak juga. Kita lihat dalam Surat Al Fath ayat 27 Allah membuka peristiwa ketika nantinya Rasulullah saw. memasuki Mekah dengan aman. Padahal, itu belum terjadi. Lalu Surat Ar-Ruum ayat 2-4 yang berisi tentang kemenangan Romawi atas Persia, padahal itu baru terjadi beberapa tahun kemudian. Itu contoh penyingkapan terhadap peristiwa yang belum terjadi bagi siapapun yang membaca Al Quran. Ternyata, selain kepada para nabi, kadang-kadang Allah memberi ”bocoran” masa depan kepada manusia biasa juga. Masa depan memang sudah ada saat ini. Hanya saja, kebanyakan manusia tidak bisa melihatnya. Kecuali mungkin sekilas déjà vu yang dialami segelintir orang tadi. Wa Allahu A’lam.
-Ir. H. Bambang Pranggono MBA IAI (dalam MaPI)-


Déjà vu sebenarnya berasal dari bahasa prancis yang artinya “sudah pernah melihat” maksudnya kita merasa sudah pernah melihat sesuatu yan baru kita lihat. Tapi, pengertian yang sempit itu kemudian dipatahkan dengan sebuah penelitian di majalah Brain&Recognition yang meyebutkan kalau ternyata orang tuna netra juga bisa mengalami déjà vu. Karena itu banyak orang mengenal déjà vu sebagai kejadian ketika kita tidak hanya melihat, tapi juga mengalami sesuatu yang baru yang rasanya sudah berlalu. Nama déjà vu juga keren, yaitu paramnesia yang dalam bahasa yunani artinya “sejajar dalam ingatan”.
Menurut Arthur Funkhouser, psikolog dari Swiss, ada tiga macam De Javu, yaitu:
1. 1. Deja vecu
Deja Vecu berarti sudah pernah mengalami sesuatu. Deja vecu adalah pengalaman de javu yang paling sering kita alami. Kita merasa sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya atau kita pernah berada dalam situasi ini sebelumnya dan kita juga tahu apa yang terjadi berikutnya. Deja vecu biasanya terjadi dalam kegiatan sehari-hari atau aktivitas normal.
1. 2. Deja ooky
Deja ooky berarti sudah pernah mengalami sesuatu. Berbeda dengan Deja vecu, deja ooky dimulai dari sebuah perasaan yang sangat familiar yang kemudian meciptakan sebuah situasi yang juga sangat kita kenal.
1. 3. Deja visite
Deja visite berarti sudah pernah mengunjungi suatu tempat. Walaupun memang sedikit mirip dengan deja vecu, deja visite lebih menekankan pada situasi tempat dan suasananya.Misalnya, kita merasa pernah mengunjungi sebuah toko, padahal belum dan mungkin hanya kita lihat dalam mimpi atau sebuah gambar.
Tapi, apa yang meyebabkan kita mengalami déjà vu ? Banyak teori yang menjelaskan sebab-sebab terjadinya déjà vu. Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Susumu Tonegawa, seorang ahli saraf, kekurangan kita pada fungsi bagian kecil dari otak yang bertugas “mendata“ pembagian pengalaman baru dan pengalaman yang lama, yaitu Dentate Gyrus, adalah penyebab terjadinya déjà vu. Karena itu, otak bingung dan mendata pengalaman baru menjadi pengalaman lama. Jadi, kebanyakan penderita de javu adalah orang yang fungsi otaknya sudah melemah. Sedangkan para psikoanalis, memilki toeri lain. Déjà vu adalah perwujudan sebuah keinginan. Jadi, sebenarnya dalam pikiran kita, kita sudah lama membayangkan situasi atau sebuah tempat. Karenanya, kita merasa sudah pernah mengalami situasi tersebut. Hanya berbeda tempat kejadiannya. Chirs Moulin, peneliti déjà vu dari university of leeds, berpendapat bahwa déjà vu bukanlah sebuah delusi atau mimpi tapi penyakit ingatan. Seringkali, penderita déjà vu membuat ingatan palsu kalau mereka pernah menatap situasi yang sama.
Tak hanya itu, Menurut penelitian oleh morton leeds dari university of new york, déjà vu cenderung terjadi pada saat kondisi tubuh yang stress atau tidak fit. Karena pada saat inilah, otak kita juga lelah dan aktivitasnya terganggu. Selain itu déjà vu lebih sering terjadi dengan seberapa tinggi pendidikannya dan seberapa sering kita melakukan pergi ke tempat baru, suasana baru, maka kita akan lebih banyak menyimpan memori yang di otak kita.
Awalnya, déjà vu memang keren bisa merasa kembali dalam masa lalu, tapi bagaimana bila kecanduan mengalaminya? Dalam penelitian oleh Chris Maoulin, berberapa penderita déjà vu bahkan sampai tidak ingin pergi ke dokter ketika sakit, karena merasa sudah pernah kesana dan sudah tahu obatnya. Wah, parah sekali. Padahal ke dokter itu perlu bila membutuhkan. Para penderita déjà vu benar benar mengalami depresi berat. Sampai tidak mau menonton tv apa tidak berlebihan? Sayangnya masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penderita déjà vu.
Dan berikut ini 10 gejala aneh kekacauan pikiran manusia:
1. Deja vu
Deja vu adalah pengalaman tertentu akan sesuatu yang sedang berlangsung di mana anda sudah mengalaminya atau melihat situasi baru itu sebelumnya – anda merasa seolah-olah peristiwa telah terjadi atau sedang mengulanginya. Pengalaman itu biasanya disertai oleh perasaan yang kuat seperti sudah mengenal dan suatu perasaan berupa kengerian, asing, atau aneh. Pengalaman “yang sebelumnya” ini biasanya berhubungan dengan mimpi, tetapi kadang-kadang ada suatu perasaan pasti bahwa itu sudah terjadi di masa lalu.
2. Deja Vecu
Deja vecu (Dibaca deya vay-koo) adalah apa yang dialami banyak orang ketika mereka berpikir sedang mengalami deja vu. Deja vu adalah perasaan telah melihat sesuatu sebelumnya, sedangkan deja vecu adalah pengalaman setelah melihat suatu peristiwa sebelumnya, tapi hanya di dalam detil yang besar – seperti mengenali bau-bauan dan bunyi-bunyian. Hal ini juga biasanya disertai oleh suatu perasaan yang sangat kuat akan pengetahuan sesuatu yang akan datang kemudian. Pengalaman yang pernah terjadi – tidak hanya mengenal apa yang akan datang berikutnya – tetapi juga mampu mengatakan kepada orang di sekitar apa yang akan datang itu, dan biasanya itu adalah benar. Ini sangat aneh dan sensasi yang tidak bisa dijelaskan.
3. Deja Visite
Deja Visite adalah pengalaman yang hanya sedikit orang mengalaminya di mana melibatkan suatu pengetahuan gaib akan suatu tempat yang baru. Sebagai contoh, anda mungkin pernah mengetahui jalur jalan di suatu kota yang baru anda datangi atau pemandangannya meskipun tidak pernah ke sana sebelumnya, dan anda yakin mustahil mempunyai pengetahuan tentang itu. Kalau Deja Visite tentang hubungan-hubungan geografis dan ruang, selagi Deja Vecu adalah tentang kejadian-kejadian sementara waktu. Nathaniel Hawthorne menulis tentang sebuah pengalaman seperti ini di dalam bukunya “Our Old Home” di mana dia mengunjungi sebuah benteng yang sudah hancur dan mempunyai pengetahuan lengkap mengenai denah tata letaknya. Ia kemudiannya mampu melacak pengalaman itu dalam sebuah puisi karangan Alexander Pope yang dibacanya beberapa tahun kemudian. Puisi itu menggambarkan keadaan benteng itu dengan akurat persis seperti yang diketahuinya.
4. Deja Senti
Deja Senti adalah fenomena akan sesuatu yang pernah dirasakan. Hal ini eksklusif sebuah fenomena kejiwaan dan jarang menetap di dalam ingatan anda setelah itu. Di dalam kata-kata dari orang setelah mengalaminya adalah: “Apa yang menjadi perhatian adalah apa yang sudah diperhatikan sebelumnya, dan sungguh sudah dikenal, tetapi sudah dilupakan untuk sementara waktu, dan sekarang merasa puas seakan-akan hal itu telah diingat kembali. Kemampuan mengingat itu selalu dimulai dengan suara orang lain, atau oleh perkataan dari pikiranku sendiri, atau dengan apa yang kubaca dan perkataan jiwa. Aku pikir selama keadaan tidak normal aku berkata-kata secara umum beberapa kalimat sederhana seperti ‘Oh, ya. Aku mengerti’, ‘Tentu saja, aku ingat’, dan lain-lain, hanya satu atau dua menit kemudian aku dapat mengingat kembali semuanya, dengan tidak memerlukan kata-kata maupun pemikiran yang dinyatakan dengan lisan untuk menimbulkan ingatan. Aku hanya mendapatkan bahwa perasaan itu serupa dengan apa yang sudah kurasakan sebelumnya di dalam kondisi tidak normal seperti itu.”
Anda berpikir baru saja mengucapkannya, tetapi anda juga menyadari bahwa sesungguhnya tidak mengucapkan suatu kata pun.
5. Jamais Vu
Jamais vu (tidak pernah melihat) digambarkan sebagai sebuah situasi sudah pernah dikenal tapi tidak bisa mengenali. Hal itu sering dianggap sebagai kebalikan dari deja vu dan menimbulkan perasaan ngeri dan takut. Anda tidak mengenali sebuah situasi meskipun anda mengetahui secara rasional bahwa anda telah berada di dalam situasi itu sebelumnya. Secara umum dapat dijelaskan ketika seseorang beberapa saat tidak mengenali seseorang, kata, atau tempat yang sebetulnya sudah diketahuinya. Ini menjadikan orang percaya bahwa jamais vu merupakan sejenis gejala dari kelelahan otak.
6. Presque Vu
Presque vu sering diungkapkan dengan kata-kata, “serasa sudah di ujung lidah” – merupakan perasaan yang kuat bahwa anda akan mendapatkan petunjuk atau ilham akan apa yang terlupa, tapi tidak pernah datang. Istilah “presque vu” artinya “hampir melihat”. Sensasi presque vu dapat sangat mengacaukan perasaan dan pikiran, dan seringkali orang sudah tidur dibuatnya.
7. L’esprit de l’Escalier
L’esprit de l’escalier (lelucon di tangga rumah) adalah rasa untuk berpikir suatu komentar balasan yang cerdas ketika hal itu sudah terlambat untuk disampaikan. Ungkapan itu dapat digunakan untuk menguraikan tentang komentar balasan yang cepat terhadap penghinaan, atau setiap komentar pintar dan jenaka, walaupun kedatangannya sudah terlambat dan tidak berguna lagi diumpamakan kita berpikir ketika sudah berada di atas tangga meninggalkan suatu kejadian. Sebuah kata dari bahasa Jerman “treppenwitz” digunakan untuk maksud yang sama. Ungkapan yang terdekat di dalam bahasa Inggris untuk menguraikan situasi ini adalah “being wise after the event” atau menjadi bijaksana setelah kejadian. Peristiwa itu biasanya disertai oleh perasaan penyesalan karena tidak terpikirkan sebelumnya untuk memberikan komentar balasan yang cepat di saat diperlukan. Tapi mungkin lebih bijaksana kalau kita berpikir bahwa balasan itu mungkin bisa merunyamkan hubungan.
8. Capgras Delusion
Capgras delusion adalah fenomena di mana seseorang percaya bahwa sahabat karib atau keluarganya sudah berganti identitas seperti seorang penipu. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan kuno bahwa bayi-bayi telah dicuri dan digantikan oleh peri penculik anak dalam dongeng-dongeng di abad pertengahan, seperti juga khayalan modern mengenai makhluk asing atau alien yang mengambil alih tubuh dari orang-orang di bumi untuk dijadikan sekutu mereka. Khayalan ini ditemukan paling umum pada pasien berpenyakit jiwa, tetapi tidak menutup kemungkinan itu juga sudah mengacaukan pikiran anda.
9. Fregoli Delusion
Fregoli Delusion adalah fenomena otak yang jarang terjadi, di mana seseorang mempercayai bahwa orang-orang yang berbeda, sesungguhnya adalah orang yang sama yang sedang menyamar. Hal itu sering dihubungkan dengan paranoid dan kepercayaan bahwa orang yang menyamar itu sedang berusaha untuk menganiaya dirinya. Kondisi itu diberi nama seperti aktor Italia, Leopoldo Fregoli yang terkenal dengan kemampuannya untuk merubah diri secara cepat selama penampilannya aktingnya. Laporan pertama di 1927 dalam sebuah studi kasus pada seorang wanita berusia 27 tahun yang percaya dia sedang dianiaya oleh dua yang aktor yang sering dilihatnya di sebuah teater. Dia percaya kalau orang-orang ini “mengejarnya terus-menerus dengan berubah wujud seperti orang-orang yang dikenalnya”.
10. Prosopagnosia
Prosopagnosia adalah fenomena di mana seseorang tidak mampu mengenali wajah-wajah orang atau obyek yang seharusnya sudah dikenal. Orang-orang yang mengalami kekacauan ini biasanya mampu menggunakan perasaan lainnya untuk mengenali orang-orang, seperti bau parfum seseorang, bentuk atau gaya rambut, suara, atau bahkan gaya berjalan mereka. Suatu kasus yang klasik dari kekacauan ini dimuat dalam sebuah buku yang terbit tahun 1998 dan pernah ditampilkan dalam bentuk opera Michael Nyman berjudul “The man who mistook his wife for a hat” atau orang yang keliru akan istrinya karena topinya.

1 komentar:

  1. How to register at a live casino, how to register, and pay
    How to register m 2 슬롯 at a live casino, how to register, and pay out bets in Bet365 Casino. 원벳 먹튀 There 크루즈 베컴 are 더굿 토토 several types of deposit options available on this page: 승인전화없는 사이트 1. Deposit

    BalasHapus